KURIKULUM 2013 TIDAK MENGHAPUS MATA PELAJARAN, TAPI DIINTEGRASIKAN

Siswa

KOMPETEN : Dalam kurikulum 2013 proses belajar siswa didesain lebih efisien dan inovatif

Dalam beberapa sosialisasi awal yang digeber sejak 29 Nopember lalu, kurikulum baru memang menuai pro dan kontra. Namun ini wajar. Ada kekhawatiran pada masyarakat bahwa jika kurikulum itu diterapkan, ada beberapa mata pelajaran yang dihapus. Diantaranya, IPA dan IPS yang sejatinya merupakan fondasi penting siswa dalam memahami realitas lingkungan dan social.

Mendikbud Mohammad Nuh menegaskan bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran. “Yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir,” ucap mantan rektor UTS itu.

Nuh menjelaskan, mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian itu dilakukan karena penting dan genting untuk menyesuaikan perkembangan zaman yang sangat pesat.

Dia juga menegaskan, hadirnya kurikulum baru bukan berarti kurikulum lama tidak bagus. Kurikulum 2013 justru secara khusus dipersiapkan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi masa depan. Karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Pergeseran paradigm belajar abad ke-21 dan kerangka kompetensi abad ke-21 menjadi pijakan dalam pengembangan kurikulum 2013. Ada empat standar dalam kurikulum yang mengalami perubahan, yaitu meliputi standar kompetensi kelulusan, proses, isi, dan standar penilaian. Terhadap perubahan itulah, rumusan standar kelulusan (SKL) pun berubah.

Jika sudah ditetapkan, kurikulum baru harus diikuti semua sekolah. Namun, jika ada sekolah yang ingin memasukkan mata pelajaran tertentu sebagai muatan local atau tambahan, hal itu akan menjadi pertimbangan. Yang jelas, semua isi kurikulum nanti berorientasi pada kompetensi siswa untuk menghadapi tantangan masa depan.

Berdasarkan sosialisasi terakhir, kurikulum untuk siswa SD rencananya dipadatkan menjadi hanya enam mata pelajaran. Yakni, pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan,matematika,  bahasa Indonesia, seni budaya, serta pendidikan jasmani dan kesehatan. Namun, ketentuan tersebut masih dalam tahap uji public demi menjaring aspirasi dan masukan dari seluruh komponen masyarakat. (Yus)

Sumber : Jawa Post, 6 Desember 2012

Mata Pelajaran Susut, Jam Bertambah

 Kurikulum Baru Sekolah Mulai 2013. Diterapkan Bertahap, 2015 Menyeluruh

 “Perubahan tersebut memang menjadi kekhawatiran guru. Tetapi, guru ngak perlu khawatir karena jam pengajaran akan diatur tiap sekolah,”. (Harun, Kepala Dikbud Jatim)

Penerapan kurikulum baru resmi dimulai pada 2013. Penerapannya akan dilakukan secara bertahap. Pengurangan mata pelajaran(mapel) juga dipastikan tidak mengurangi jam belajar siswa. Bahkan, aka nada penambahan jam pelajaran di jenjang SD dan SMP.

Kepala Dikbud Jatim harun mengatakan, dikbud siap menerapkan kurikulum baru itu. Menurut dia, guru tidak usah khawatir karena pengurangan mata pelajaran tidak akan berimbas pada frekuensi jam mengajar mereka.

Harun menuturkan, mapel SD akan berkurang dari sepuluh menjadi enam. Mapel di SMP berkurang dari 12 menjadi sepuluh. Mapel SD berkurang karena materi IPA dan IPS ditiadakan. Dua mapel itu akan menjadi tematik di semua mapel yang diajarkan di SD. Karena guru SD adalah guru kelas, pengurangan guru IPA dan IPS tidak akan berpengaruh.

Demikian pula guru SMP. Guru IPA dan IPS tetap akan mendapat jam mengajar. Karena dua materi itu dilebur ke mapel lain, akan ada penambahan jam pembelajaran untuk mapel-mapel lain tersebut. “Karena ada tematik di tiap mapel, jam pelajaran bertambah. Jadi, guru tidak perlu khawatir jam mengajarnya dikepras,’ jelas mantan kepala Disbudpar Jatim itu.

Namun, karena tematik merupakan materi baru pada sebuah mapel, sekolah membutuhkan tutor untuk mengimplementasikannya. “Memang, membuat tematik mapel IPA dan IPS ke pelajaran lain tidak mudah,” ujar Harun. Karena itu, sekolah harus membuat perubahan jam pengajaran dan perencanaan dengan baik.

Akan nada juga team teaching yang mengampu mata pelajaran tertentu sehingga guru dipastikan tidak kehilangan jam mengajar. “Perubahan tersebut memang menjadi kekhawatiran guru. Tetapi, guru nggak perlu khawatir karena jam pengajaran akan diatur tiap sekolah,”jelas Harun.

Jam belajar siswa kelas I SD, misalnya, akan bertambah dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu. Demikian pula jam belajar siswa kelas I – IV. Dengan menambah jam belajar, pemerintah berharap, siswa tidak terlibat berbagai kenakalan remaja, seperti tawuran, karena waktu mereka banyak dihabiskan di sekolah. Dengan perubahan kurikulum itu, siswa diharapkan lebih produktif dan senang belajar. Begitu pula guru yang diharapkan lebih kreatif mengajar siswa.

Kurikulum Baru Menambah Jam Pembelajaran Per Minggu

Jenjang Sebelum 2013
SD kelas I 26 jam 30 jam
SD kelas II 27 jam 32 jam
SD kelas III 28 jam 34 jam
SD kelas IV, V, VI 32 jam 36 jam

Sekolah, kata Harun, tidak perlu khawatir. Sebab, penerapan kurikulum akan diujicobakan dan diterapkan secara bertahap. Untuk jenjang SD, misalnya, pada 2013 akan dimulai penerapan kurikulum baru untuk kelas I – IV, pada 2014 untuk kelas I – V, dan pada 2015 untuk semua kelas.

Harun menyadari bahwa sekolah membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kurikulum baru. Selain pengubahan jam pembelajaran, peniadaan materi IPA dan IPS untuk kemudian dimasukkan sebagai tematik ke materi lain membutuhkan konsep yang jelas. “Harus ada pendampingan untuk itu,” tuturnya.

Pengurangan Jumlah Mata Pelajaran

SD

SMP

Dari 10 menjadi 6 mata pelajaran.Mata pelajaran : Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Penjas, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, serta Kesenian. Dari 12 menjadi 10 mata pelajaran.Mata Pelajaran : Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Jasmani dan Kesehatan, serta Prakarya.

Menurut Harun, Kemendikbud sudah melakukan tahap sosialisasi kurikulum baru itu. Pada tahap pertama disusun kurikulum di lingkungan internal Kemendikbud dengan melibatkan sejumlah Pakar. Pada tahap kedua dilakukan pemaparan desain kurikulum 2013 di depan wakil presiden dan ditindaklanjuti ke komisi X DPR.

Di tahap ketiga dilaksankan uji public pada 29 Nopember hingga Desember untuk mendapatkan tanggapan dari elemen masyarakat. “Selanjutnya, kami menunggu waktu untuk menyosialisasikan kurikulum baru tersebut,” terang Harun. (Yus)

Sumber : Jawa Post 5 Desember 2012

Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

a. Dasar dari segi yuridis/ hukum.
Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal ini terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar Ideal adalah dasar dari falsafah negara, pancasila sila pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar Struktur/ Konstitusional adalah dasar-dasar dari UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR a978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap.MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No.II/MPR 1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dan diperkuat lagi dengan Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 da 2 yang berbunyi sebagai berikut: (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani, ketrampilan/ kejuruan dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa.
b. Dasar dari segi Religius.
Dasar religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits, yaitu:
1. Sumber dari al-Qur’an. Antara lain:
a) Surat Al-Mujadalah ayat 11:
. . . يَرْفَعِ اللهُ الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجتٍ. . .(المجادله: 11)
“. . . . niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat . . .”(QS. Al-Mujadalah:11).

b) Dalam surat An-Nahl ayat 125;
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ . . . (النحل: 125)
“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).

2. Sumber dari hadits, yaitu:
a) Hadist Riwayat Bukhori:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْايَه (رواه البخاري)
“Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit”. (HR. Bukhari).

b) Hadist Riwayat Baihaqi:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ ُيْولَدُ عَلى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه اَوْيُنَصِّرَانِه اَوْ يُمَجِّسَانِه (رواه البيهقى)
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi)

c. Dasar dari segi sosial psikologis.
Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan.
Hal seperti ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:
. . . اَلَا بِذِ كْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبَ (الرعد:28)
“Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram”.(Q.S. Ar-Ra’du: 28)

 

 

Metode Pendidikan Agama Islam

Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik agar berhasil dengan baik, perlu diperhatikan dalam menentukan dan memiliki metode pengajaran yang sesuai. Karena metode mengajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tercapainya suatu tujuan pengajaran.

Pada dasarnya metode pengajaran agama sama dengan mengajar ilmu-ilmu yang lain, disamping adanya ciri-ciri yang khas, metode mengajar sangat bermacam-macam. Karena banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. Tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik.
3. Bahan atau materi yang diajarkan.
4. Fasilitas.
5. Guru.
6. Situasi.
7. Partisipasi.
8. Kebaikan dan kelemahan metode tertentu.
9. Filsafat.24
Dengan kaitannya faktor-faktor diatas, maka tidak mustahil bagi seorang guru didalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam dapat menggunakan metode yang tepat guna, sehingga dapat membawa hasil yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Adapun macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pendidikan agama Islam pada umumnya meliputi:
1. Metode ceramah.
2. Metode tanya jawab.
3. Metode diskusi.
4. Metode latihan siap.
5. Metode demonstrasi dan eksperimen.
6. Metode pemberian tugas belajar.
7. Metode karya wisata.
8. Metode kerja kelompok.
9. Metode sosiodrama dan bermain kelompok.
10. Metode sistem regu.
11. Metode pemecahan masalah.
12. Metode proyek/unit.25
1. Metode Ceramah.
Yang dimaksud metode ceramah adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru terhadap kelas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan bahan:
a. Tujuan yang hendak dicapai atau yang harus dipelajari oleh para siswa, harus dirumuskan dengan jelas.
b. Menetapkan istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang akan dipergunakan dalam ceramahnya.
c. Menyusun bahan ceramah dengan cermat.
d. Perhatikan siswa pada pokok persoalan suatu syarat berhasilnya metode ini.
e. Menanamkan pengertian-pengertian dengan jelas.
f. Merencanakan evaluasi dengan wajar.26
Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang tauhid, maka satu-satunya metode yang dapat digunakan adalah metode ceramah. Karena tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat mengikuti jalan pikiran guru.27
2. Metode Tanya Jawab.
Yaitu cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban atau sebaliknya murid bertanya guru memberikan jawaban. Dengan demikian metode ini diharapkan terjadi dialog antara guru dan murid.28
Metode tanya jawab dilakukan:
a. Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah pada masalah yang sedang dibicarakan.
b. Untuk mengarahkan proses berfikir.
c. Sebagai selingan dalam pembicaraan.
d. Sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan.
3. Metode Diskusi.
Adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat, dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
Metode diskusi dilakukan:
a. Bila ada soal-soal sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada murid
b. Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama menganai suatu masalah.
c. Untuk menimbulkan kesanggupan.29
4. Metode Latihan (Drill).
Yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi kenyataan. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempurnaan, dan ketrampilan latihan sesuatu yang telah dipelajari.30
5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses (proses cara mengambil air wudlu, proses jalanya sholat dua rakaat dan sebagainya).
Metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama mengajarkan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui (murid mengadakan eksperimen menyelenggarakan sholat jum’at, merawat jenazah dan sebagainya).
Metode ini dilakukan:
a. Apabila akan memberikan ketrampilan tertentu.
b. Untuk mempermudah berbagai penjelasan.
c. Untuk menghindari verbalisme.
d. Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab akan menarik.31
6. Metode Pemberian Tugas Belajar.
Sering disebut juga metode pekerjaan rumah yaitu metode dimana murid diberi tugas khusus diluar jam pelajaran Dalam melaksanakan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah, mungkin diperpustakaan, dilaboratorium, dikebun percobaan dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan didalam berbagai kegiatan belajar, baik dilaksanakan secara perseorangan maupun dilaksanakan secara berkelompok.
Metode ini dapat dilakukan:
a. Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima lebih mantap.
b. Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba sendiri.
c. Agar anak-anak lebih rajin.32
7. Metode Karya Wisata.
Yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan mengadakan kunjungan kesuatu obyek untuk mempelajari sesuatu dalam penyampaian tujuan pengajaran. Metode ini juga sebagai metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan bertamasya diluar kelas. Dalam perjalanan tamasya ada hal-hal tertentu yang jelas telah direncakanan oleh guru untuk didemonstrasikan oleh guru pada anak didik, disamping hal-hal yang secara kebetulan didalam perjalanan tamasya tersebut.
Metode ini dilakukan untuk:
1. Apabila akan memberikan pengertian yang lebih jelas dengan peraga langsung.
2. Apabila akan membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap tanah air.
3. Apabila akan mendorong anak menghargai lingkungan dengan baik.33

8. Metode Kerja Kelompok.
Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran adalah kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang didalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik antara individu serta saling percaya mempercayai.
Metode ini dilakukan:
1. Untuk memberikan kesempatan berkembang bagi anak-anak yang setaraf
2. Untuk memberikan kesempatan pada anak-anak untuk memilih teman yang disenangi.
3. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab.34
9. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan.
Yaitu metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan dimana para murid diikut sertakan memainkan peranan didalam mendemonstrasikan masalah hubungan sosial.35
10. Metode Sistem Regu.
Metode sistem regu (team teaching) metode mengajar dimana dua orang guru (lebih) bekerja sama mengajar sekelompok murid. Metode ini banyak dipergunakan diperguruan tinggi.36

11. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving).
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.
12. Metode Proyek/Unit.
Metode proyek/unit adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisir sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.37
Metode ini dapat digunakan untuk memberikan pengertian kepada murid tentang perlunya menjalin kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
Demikianlah apa yang penulis uraikan diatas mengenai beberapa metode yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan agama Islam. Dengan demikian diharapkan seorang guru agama dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi disamping juga harus pandai menggunakan cara-cara yang bervariasi agar dapat menciptakan suasana yang tepat dalam penyampaian suatu materi pelajaran.

 

 

 

Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam Pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak misi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan diarahkan atau dibawa.

Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara. Sehingga pendidikan dijadikan suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa.
Pada umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan yaitu mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekerti dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan dan bahagia hidupnya lahir dan batin.
Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada umumnya yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa dan negara adalah pandangan hidup dan falsafah hidupnya.7
Dasar pendidikan agama di indonesia erat kaitannya dengan dasar pendidikan Nasional yang menjadi landasan terlaksananya pendidikan bagi bangsa indonesia. Karena pendidikan agama Islam merupakan bagian yang ikut berperan dalam tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Kalau pendidikan di ibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamennya. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenaran yang sudah tidak dapat di ragukan lagi. Sedangkan sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasullullah SAW dalam bentuk isyarat. Bentuk isyarat ini adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain dan Rasullullah membiarkan saja dan terus berlangsung.
Dari uraian diatas makin jelaslah bahwa yang menjadi sumber pendidikan adalah Al-Qur’an dan Sunnah yang didalamnya banyak disebutkan ayat atau hadits yang mewajibkan Pendidikan Agama Islam untuk dilaksanakan antara lain: Allah berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا (الاحزاب: ٧۱ )
Artinya: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar bahagia. (QS Al-Ah-zab 71).8
Ayat tersebut tegas sekali mengatakan bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (Termasuk pendidikannya) dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, maka akan bahagialah hidupnya dengan sebenar-benarnya bahagia baik didunia maupun di akhirat nanti. Sabda nabi Muhammad SAW:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابُ اللهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلََّمَ (رواه الاٍمام مالك)
Artinya: Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian yang membuat kalian tidak akan sesat selagi kalian berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah,(Alquran) dan sunnah Rasul-Nya. (H.R.Imam Malik).9
1) Dasar Yuridis
Dasar-dasar pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, disekolah-sekolah ataupun dilembag-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a. Dasar Ideal.
Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara pancasila dimana sila pertama dari pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 (PRASETIA PANCAKARSA) disebutkan bahwa dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk merealisasi hal tersebut, diperlukan adanya pendidikan agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.

b. Dasar Struktural atau Konstitusional
Yakni dasar dari UUD 1945, dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1 Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bunyi ayat diatas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dan negara melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agama dan beribadah sesuai agamanya masing-masing.
c. Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan kembali pada Tap MPR No.IV/MPR/1978 Jo Ketetapan MPR No.II/MPR/1983, Ketetapan MPR No.II/MPR/1988, dan ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum disekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri. Dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 disebutkan bahwa meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sitem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sitem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Kemudian dikuatkan lagi dengan Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut. (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidakan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani, dan (i) ketrampilan/kejujuran dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: (a) pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan, dan (c) bahasa.
Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
2) Dasar Religius.
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Quran maupun Hadits Nabi menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan yang merupakan ibadah kepadanya.10
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain berikut ini:
a) Dalam Surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالحِْكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ (النحل: )
Artinya: Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik.11

b) Dalam Surat Ali-Imron ayat 104, yang berbunyi:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (ال عمران: ۱۰٤)
Artinya: Hendaknya ada diantara kamu segolongan ummat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan mungkar.12

c) Dalam Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا(التحريم: ٦)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.13

Selain ayat-ayat tersebut , juga disebutkan dalam hadits antara lain sebagai berikut:
بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ ايَةً (رواه البخارى) a)
Artinya: Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit. (HR.Bukhari).14

كُلُ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ b)
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه مسلم)
Artinya: Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR.Baihaki)

3) Dasar dari Sosial Psikologis
Semua manusia didunia ini membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan. Hal semacam itu terjadi pada masyarakat primitif maupun pada masyarakat yang modern, dan sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:15
اَلاَ بِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ (الرعد: )
Artinya: Ketahuilah, bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram.16

Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kearah yang benar sehingga mereka dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke generasi berikutnya, manusia akan semakin jauh dari agama yang benar.17
Selanjutnya untuk mengenai tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.18
Dalam merumuskan tujuan-tujuan diatas, kiranya perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Harus memenuhi situasi masyarakat indonesia sekarang dan yang akan datang.
2. Memenuhi hakiki masyarakat.
3. Bersesuaian dengan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
4. Menunjang tujuan yang secara hirarki berada diatasnya.
Dari uraian di atas dapatlah dilihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus mendukung tujuan instusional dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan agama harus mengarahkan tujuannya untuk memenuhi tuntutan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tersebut, dan secara umum harus memenuhi tujuan pendidikan nasional.19
Singkatnya tujuan pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.20

 

 

 

 

 

Cara Guru Memotivasi Siswa Dalam Belajar

Pendidikan menurut islam mempunyai kedudukan yang tinggi. Ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang dismpaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang menyuruh beliau membaca dalam keadaan beliau yang ummi. Di samping itu, wahyu ini juga mengandung suruhan belajar mengenali Allah SWT, memahami fenomena alam serta mengenali diri yang merangkumi prinsip – prinsip aqidah, ilmu, dan amal. Ketiga prinsip ini merupakan serambi falsafah pendidikan Islam.

Belajar adalah suatu kata yang akrab dengan semua lapisan masyarakat dan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan orang. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Belajar dapat dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dan dimana saja sesuai dengan keinginan.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal – hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Sebagian orang beranggapan belajar adalah semata – mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta – fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak – anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan  (verbal ) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Ada juga yang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca, menulis, dan menghitung. Persepsi ini biasanya membuat mereka merasa cukup puas bila anak – anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilam jasmaniah tertentu ataupun nilai di raport yang bagus walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan dari kegiatan belajar tersebut.
Definisi tentang belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, diantaranya adalah :
1.       Depdiknas (2003) mendefinisikan belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
2.       James O. Whittaler mengatakan learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience. Belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
3.       Cronbach, berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
4.       Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior ( in the broader sense ) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku ( dalam arti luas ) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
5.       Skinner dalam bukunya Educational Psychology : The teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat ( reinforcer )
6.       Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan
a.       Acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman.
b.      Process of acquiring responses as a result of special practice. Belajar adalah proses memperoleh respon – respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
7.       Hinzmant dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory can affect the organism’s behavior. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme ( manusia atau hewan ) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hinzmant, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.
8.       Reber dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi
a.       The process of acquiring knowlegde, yakni proses memperoleh pengetahuan.
b.      A relatively permanent change in respon potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat.
9.       Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan.
a.       Kualitatif. Dalam rumusan ini, kata – kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
b.      Kuantitatif. Belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak – banyaknya. Jadi belajar dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
c.       Institusional. Belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari.
10.   Drs. Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.lah
11.   Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
12.   Gagne memberikan dua definisi tentang belajar
a.  Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku
b.  Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi
       Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah fenomena yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar yang lainnya diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini, perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
       Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri – ciri belajar. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
     Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
     Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
     Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
     Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
     Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat permanen.
     Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
     Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
     Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
     Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar  upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
     Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan – keputusan penting untuk kehidupannya.
Pada hakikatnya pendidikan atau belajar  mempunyai tujuan, yaitu :
1.  Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.
a.  Potensi jasmani (fisiologis dan panca indera), menurut ilmu kesehatan memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai prakondisi hidupnya.
b.  Potensi – potensi rohaniah (psikologis dan hati nurani ), juga membutuhkan makanan. Makanan rohniah ini terutama kesadaran cinta kasih, kesadaran kebutuhan/keagamaan, sastra, dan filsafat. Hidup rohaniah ini pangkal kebahagiaan manusia.
2.  Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama hidup.
Tujuan belajar menurut Soemitro sebagai mana yang dikutip Zahara Idris (1992) memiliki hirarki atau tingkatan sebagai berikut :
1. Tujuan umum belajar
     a.       Memahami, mengerti dan mencintai dirinya ( individualitas )
     b.      Memahami, mencintai dan mengerti orang lain ( sosialitoir )
     c.       Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai – nilai kemanusiaan
     d.      Bertindak dan berbuat sesuai dengan kesusilaan, nilai – nilai hidup atas tanggung jawab sendiri demi kebahagiaan dirinya dan masyarakat ( moralitas )
2. Tujuan khusus belajar
     a.       Tujuan sementara, yaitu tujuan yang dicapai anak pada setiap fase – fase tertentu dari pendidikan
     b.      Tujuan tidak lengkap, yaitu tujuan yang berkaitan dengan aspek kepribadian tertentu
     c.       Tujuan intermedier (perantara), yaitu tujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan lain, demi kelancaran pendidikan selanjutnya.
     d.      Tujuan insidental, yaitu tujuan yang bersifat sesaat/seketika
Pada saat ini, kenyataannya tujuan belajar setiap individu memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia di tengah – tengah persaingan di antara bangsa – bangsa yang terlebih dahulu maju karena belajar. Selain itu banyak sekali orang tua, masyarakat, dan peserta didik yang mengukur keberhasilan belajar hanya dari hasil belajar berupa nilai ( angka ) yang tertera di dalam laporan ( raport ) bukan dilihat dari berbagai aspek yang lain.
Seorang anak dilihat sukses dalam belajar jika mendapatkan nilai yang baik dalam tugas, tes harian, tes tengah semester ataupu ujian akhir tanpa melihat dan memperhatikan proses yang dialami anak baik secara individual, sosial , maupun moralitas. Yang terpenting bagi mereka hanyalah nilai, tidak peduli bagaimana mereka mencapainya. Apakah itu berbuat curang ataupun tidak sudah tidak menjadi permasalahan lagi, karena orientasi mereka hanyalah bagaimana mendapatkan nilai yang terbaik agar dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya yang memang mensyaratkan nilai sebagai acuan atau dasar dari diterima atau tidaknya mereka di sekolah yang mereka pilih.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1.    Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2.    Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3.    Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4.    Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5.    Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1.    Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2.    Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3.    Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4.    Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5.    Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
6.   Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7.    Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8.    Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).
9.    Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Dalam mendorong keberhasilan mewujudkan tujuan belajar, motivasi merupakan penentu yang sangat penting, bagaikan bensin yang dapat menggerakan mesin mobil menuju tempat tujuannya. Bagitulah arti penting motivasi, sebagaimana yang didefinisikan oleh Elliot (2000) bahwa motivasi adalah keadaan internal yang menyebabkan kita bertindak, mendorong kita pada arah tertentu, dan menjaga kita tetap bersemangat pada aktivitas tertentu.Motivasi membantu siswa cepat memahami pelajaran secara lebih baik sehingga mampu meraih tujuan belajar.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994). Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper: 1988).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
Menurut Ramayulis (2004 : 171) motivasi adalah suatu proses mengantarkan anak didik kepada pengalaman yang diinginkan agar mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain :
1.    Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siap untuk belajar. Artinya seorang pendidik hendaknya tidak akan pernah berhenti memberi motivasi kepada anaknya agar terus belajar
2.    Memusatkan perhatian anak pada tugas – tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar. Artinya pendidik harus memberikan perhatian kepada anak dan mengarahkan anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya
3.   Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Artinya pendidik hendaknya bisa memenuhi kebutuhan anak didiknya, baik yang bersifat moril maupun materil dalam jangka waktu yang relatif panjang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Oemar Hamalik ( 2003 : 112 – 113 ) motivasi memiliki dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1.    Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan – tujuan dari dalam diri sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar dan hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.
2.    Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ini diperlukan, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Sebagian siswa mungkin memiliki antusiasme dan motivasi tinggi terhadap pelajaran yang diberikan guru. Namun, sebagian besar siswa yang lain membutuhkan  guru mereka menginspirasi, memberikan tantangan, dan menstimulasi mereka. Bagi siswa yang bermotivasi diri rendah peranan guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi ekstrinsiknya. Karakter dan tindakan guru di ruang kelas dapat mentransformasi derajat motivasi siswa sehingga menjadi lebih tinggi atau sebaliknya.
Sebagian besar siswa pada dasarnya akan merespon positif terhadap pengajaran kelas yang terorganisir dan guru yang tulus mencurahkan perhatian saat mengajar. Setiap aktivitas yang guru lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara otomatis akan menambah motivasi belajar siswa. Tidak ada satu rumus dan formula instan yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa. Kecuali kita memahami bahwa guru telah terdidik dan terlatih secara profesional dalam meningkatkan motivasi siswa. Secara ideal guru telah disiapkan dan terampil membangun cita-cita siswa.
Di samping guru, banyaknya faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Bligh (1971) dan Sass (1989), motivasi siswa dalam belajar dipengaruhi oleh :
1. Ketertarikan siswa pada mata pelajaran.
2. Persepsi siswa tentang penting atau tidaknya materi tersebut
3. Semangat untuk meraih pencapaian
4. Kepercayaan diri siswa
5. Penghargaan diri siswa
6. Pengakuan orang lain
7. Besar kecilnya tantangan
8. Kesabaran
9. Ketekunan
10. Tujuan hidup yang hendak siswa capai.
Masing-masing siswa bisa dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Guru dapat mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri yang bermotivasi tinggi melalui tips dan strategi berikut :
1. Menciptakan iklim belajar yang terbuka dan positif dengan menitikberatkan pada kebutuhan siswa saat ini, yaitu memenuhi apa yang menjadi motif awal ketertarikan mereka pada materi pelajaran.
2. Membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan melaksanakan tindakan (doing), membuat (making), menulis (writing), merancang (designing), menciptakan (creating), dan memecahkan persoalan (solving). Kepasifan akan mengurangi motivasi dan keingintahuan siswa.
3. Mengajak siswa untuk menganalisis apa yang membuat kelas menjadi lebih atau kurang termotivasi. Hasil penelitian menyimpulkan setidaknya ada delapan karakteristik yang menjadi kontribusi utama pada motivasi siswa, yaitu :
     a. Antusiasme guru
  1. Relevansi materi pelajaran
  2. Pengaturan pengajaran
  3. Kesesuaian tingkat kesulitan materi
  4. Keterlibatan aktif siswa
  5. Keberagaman
  6. Hubungan antara guru dan siswa
  7. Penggunaan contoh yang sesuai, kongkrit dan mudah dipahami
4. Merancang tindakan pengajaran yang dapat memotivasi siswa
     a. Menargetkan harapan yang tinggi tetapi realistik pada siswa
1.      Membantu siswa merumuskan tujuan mereka
2.      Memberitahukan siswa apa yang perlu mereka lakukan agar lulus mata pelajaran yang ada ajar dengan sukses
3.      Membantu siswa menemukan manfaat dan pentingnya materi yang sedang dipelajari
4.      Memperkuat motivasi diri siswa
5.      Menghindari suasana kompetesi yang berlebihan antar siswa. Lebih baik mengarahkan siswa ke kompetisi kerja tim
6.      Menunjukkan antusiasme Anda sebagai guru pada materi pelajaran
 5. Merumuskan RPP yang dapat memotivasi siswa
     a. Bertolak dari poin kekuatan dan ketertarikan siswa
1.      Jika memungkinkan, memberikan pilihan pada siswa untuk menentukan bagian materi yang akan dibahas lebih mendalam
2.      Meningkatkan level kesulitan belajar secara gradual sejalan dengan perkembangan semester
3.      Memvariasikan cara Anda mengajar (role playing, debates, brainstorming, discussion, demonstrations, case studies, audiovisual presentations, guest speakers, atau small group work)
6. Mengurangi penekanan ke nilai
     a. Memberikan penekanan pada pemahaman dan pembelajaran dibandingkan nilai
1.      Menghindari penggunaan nilai sebagai ancaman
2.      Merancang test yang mendorong siswa ke jenis pembelajaran yang Anda ingin dicapai oleh siswa. Jika ingin siswa belajar menghapal maka berikanlah soal hapalan. Namun, jika ingin siswa belajar menganalisis dan mengevaluasi, berikanlah soal yang mengarah ke sana.
7. Memotivasi siswa dengan menanggapi hasil kerja mereka
     a. Memberikan umpan balik segera pada siswa
1.      Memberikan penghargaan atas kesuksesan yang diraih
2.      Menginformasikan kesuksesan kerja yang diraih teman mereka
3.      Memberikan feedback negatif secara spesifik. Identifikasi kelemahan siswa terkait pada kinerjanya saat pengerjaan tugas, bukan pada siswa secara personal.
4.      Menghindari komentar yang merendahkan diri siswa sehingga membuat mereka merasa tidak cakap.
5.      Memberikan kesempatan bagi siswa untuk sukses dengan cara menugaskan hal yang tidak terlalu mudah maupun terlalu sulit.
6.      Menghindari memberikan jawaban langsung pada pekerjaan rumah siswa. Berikan kesempatan pada siswa untuk berjuang menemukan jawaban
7.      Membantu siswa merasa bahwa mereka adalah anggota yang berharga dalam komunitas belajarnya
8. Memotivasi siswa untuk membaca
     a. Menugaskan siswa membaca materi bacaan setidaknya dua sesi sebelum dilakukan diskusi
1.      Menugaskan siswa membuat pertanyaan dari bahan bacaan. sebagai reward, guru dapat mempertimbangkan pertanyaan siswa sebagai bahan ujian.
2.      Menugaskan siswa untuk menuliskan beberapa kalimat yang dapat meringkas hasil bacaannya
3.      Memberikan pertanyaan sederhana namun mendalam tentang bacaan tersebut. Sebagai contoh, Apakah kamu bisa memberikan satu atau dua poin dari bahan bacaan yang kamu anggap penting? atau Menurut kamu sub bab apa yang perlu kita review ulang dan diskusikan di kelas?
4.      Mengadakan sesi membaca bersama di kelas secara bergantian
5.      menyiapkan ujian untuk bahan yang tidak sempat didiskusikan
Dalam hal ini, E. Mulyasa ( 2003) menekankan pentingnya upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran.Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, adalah:
1.       Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut;
2.       Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah;
3.       Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;
4.       Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter;
5.       Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
1.     Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.
2.    Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing.
3.    Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
4.    Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
5.    Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.
6.    Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7.    Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya;
2.     Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;
3.    Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
4.    Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;
5.    Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
6.     Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
7.    Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
  Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa
1.    Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
       Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2. Membangkitkan minat siswa.
       Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :
       a.        Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
1.        Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
2.        Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
       Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
       Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikanpujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
5. Berikan penilaian.
       Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
       Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
       Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.
Uraian di atas mendeskripsikan secara singkat mengenai tips dan strategi memotivasi siswa agar tujuan belajar mereka tidak hanya berorientasi kepada nilai saja dalam belajar. Tentunya rekan-rekan guru memiliki pengalaman dan permasalahan yang lebih nyata di lapangan. Semoga kita dapat mengembangkan motivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas mendidik siswa sehingga produk belajar siswa Indonesia bisa lebih kompetitif di tengah persaingan mutu internasional.

Apakah Kita Tipe Guru Pendendam ?

Ki Hadjar Dewantara mengajarkan sebaiknya seorang pemimpin termasuk guru memiliki perilaku Ing Ngarsa Sung Tuladha ketika di depan hendaklah memberi contoh yang baik, Ing Madya Mangun Karsa ketika di tengah hendaklah memberikan dorongan atau semangat yang baik, dan Tut Wuri Handayani ketika dibelakang hendaklan terus memantau apa yang sedang terjadi atau memberikan dorongan daya kekuatan.
Ketiga ajaran Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat populer di Indonesia. Hal menarik untukdirenungi adalah implementasi ketiga ajaran tersebut dalam kehidupan nyata seorang pendidik. Apakah kita benar-benar telah mengimplementasikan ketiga ajaran tersebut dalam pekerjaan kita sebagai seorang pendidik?
Siswa Sekolah
Belakangan baru kita sadar bahwa sosok guru itu tidak hanya menjadikan siswa cendekia (tajam pikiran, cerdas atau pandai) tetapi juga berkarakter baik ( berbudi pekerti, berakhlaqul karimah, jujur dsj). Fungsionalitas guru mestinya tetap pada  2 rel , yakni mendidik dan mengajar. Mendidik melingkungi hati, jiwa, budi, olah rasa, karakter tingkah laku. Sedangkan Mengajar lebih penekanan kepada fisik, pikiran, otak, olah raga, karakter kecerdasan. Singkat kata mendidik adalah membangun sisi batiniah peserta didik dan mengajar membangun sisi jasmaniahnya.
Asumsi sederhana, peserta didik bisa jadi bertalenta cerdas pikiran tapi tingkah lakunya merugikan masyarakat umum. Tawuran siswa, teroris, hacker, Pembobol ATM, koruptor adalah contoh kasus yang kalau ditelisik banyak dilakukan oleh orang-orang yang cerdas, orang yang kaya pikiran tetapi miskin hati nurani. Mereka tidak bisa memilah dan memilih dengan kendali hati terdalam. Solusi baginya adalah nalar logika atau pikiran. Termasuk pengajaran agama dianggapnya hanya sebagai hukum halal dan haram saja. Bagi mereka , kitab suci adalah kumpulan tekstual, padahal ada sisi kontekstualnya.
Pada konteks mendidik inilah seorang guru berperan lebih luas, lebih besar, lebih kompleks demi kebaikan karakter anak didiknya. Tentu hal ini tidak bisa diukur dengan norma penilaian kuantitatif. Skop kebaikan hati adalah abstrak dan tidak instan bahkan tidak bisa diukur dengan pasti. Butuh waktu dan ketekunan dalam memperjuangkannya.  Pencapaian hasilnya pun justru didapat  setelah  anak didik tersebut telah lama lulus dari sekolah. For a long time . Hal inilah yang tidak bisa direward pada jasa guru. Jadi benarlah bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
” Membangunkan rakyat dari gelap gulita ,  menjadi penerang anak bangsa  agar bisa membimbing melangkah kemuka adalah sesuatu yang memerlukan komitmen tinggi , tanpa mengharap jasa!”
” Maka sadarlah bahwa kewajiban guru adalah mendidik dan mengajar putra-putri Indonesia. Gurulah yang membangunkan jiwa agar tercipta kekuatan negara sebab jika generasi kuat  maka negara akan  kuat! “
Seorang guru hendaklah memiliki kematangan pikiran dan emosi yang cukup baik. Dengan pekerjaan sebagai bengkel perilaku manusia, pekerjaan seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Jika orang tua bisa saja dibuat stres karena perilaku  satu atau dua anaknya yang menyimpang alias tidak bisa diatur, bagaimana dengan guru yang harus menangani banyak anak? Dalam satu kelas seorang guru memiliki tanggung jawab mendidik dan mengajar 30-40 anak. Dalam satu sekolah sudah ada ratusan anak. Secara kuantitas guru memiliki tanggung jawab sangat besar untuk mendidik anak-anak yang yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Jika dalam satu keluarga ada salah satu anak yang nakal, maka di sekolah pun tidak luput dari perilaku anak yang juga menyimpang. Senakal apapun perilaku anaknya, sangat jarang orang tua memiliki ‘dendam’ dengan anak-anaknya. Jika ada orang tua sampai dendam dengan anaknya sendiri, bisa jadi orang tua tersebut memiliki kelainan pada dirinya. Demikian juga dengan lingkungan sekolah, seorang guru seringkali cuma ‘geleng-geleng’ kepala ketika menemui murid yang nakal bahkan tidak terbesit kata ‘dendam’ sama sekali dengan muridnya yang nakal. Nah, bagaimana dengan Anda?
Guru atau semua pendidik adalah juga manusia. Diantara banyak pendidik belum tentu memiliki pemikiran yang sama. Konon ada seorang mahasiswa  bercerita jika dia mengambil mata kuliah dosen A, maka sulit baginya untuk bisa lulus. Hampir semua mata kuliah yang diambilnya gagal. Usut asal usut ternyata sang dosen tersinggung dengan pertanyaan mahasiswa tersebut yang terlalu sulit untuk dijawab sehingga dia merasa dijatuhkan di depan mahasiswanya. Nah, sejak kasus itulah sang dosen tidak lagi ramah dengan mahasiswa tersebut. Dampak nyata yang terjadi adalah sang mahasiswa cerdas tersebut selalu gagal ketika mengambil mata kuliah yang diampu sang dosen. Dendam telah membuat hati dan pikiran sang dosen terkunci. Dendam telah membuat sang dosen tidak lagi berpikir ilmiah.
Kemajuan teknologi dan akses belajar sangat memungkinkan siswa memiliki pengetahuan jauh lebih luas dari gurunya sehingga siswa bisa bertanya bahkan menyalahkan gurunya ketika sesuatu yang diajarkannya tidak benar. Keluguan seorang anak atau siswa ketika bertanya atau mengkritisi materi yang disampaikan guru bisa jadi membuat sang guru tersinggung. Situasi seperti ini harus diantisipasi dengan baik oleh seorang guru. Ingat seorang guru belum tentu selamanya benar. Seorang guru bisa saja tersudut akibat kesalahan saat mengajar, sehingga dia memerlukan tehnik khusus untuk menjaga reputasinya. Dendam pada siswa bukanlah sifat seorang guru yang sejati.
Ketika seorang dosen mengajar, dari 12 mahasiswa di dalam kelas tersebut ada 6 orang membawa iPad dan lainnya dengan tablet atau laptop yang terhubung dengan internet. Dengan bantuan Google, mahasiswa dengan cerdasnya memverifikasi apa yang dosen sampaikan. Satu persatu pertanyaan cerdas dan muncul dari mulut mahasiswa. Misalnya, mengapa ini seperti ini menurut media A? Mengapa media B berbicara lain? Mana yang benar? Situasi seperti ini tidak membuat dosen tersebut dendam dengan mereka yang kritis dan cerdas, namun memacu belajar sebanyak mungkin materi sebelum mengajar. Dosen tersebut memahami betul, musuh dia adalah Google yang sekali mahasiswa ketik di kotak search atau pencarian ada jutaan informasi yang muncul. Tugas dia adalah membantu mahasiswa untuk memahami informasi yang mereka peroleh.

Dendam tidak selalu muncul dalam luapan emosi yang meluap-luap. Dendam bisa terwujud dalam bentuk kebencian yang nyata dalam hati. Perasaan tidak suka dengan salah satu anak didik itu wajar, karena guru juga manusia. Namun. menciptakan dendam dalam hati bukanlah ciri khas seorang pendidik yang sejati. Perasaan dendam sangat bertentangan dengan tiga ajaran Ki Hadjar Dewantar di atas dan dan bukan cirikhas perilaku guru yang luhur. Nah, apakah Anda termasuk guru pendendam?

TATA BAHASA INGGRIS (ENGLISH GRAMMAR)

ADJECTIVE WITH –ED AND – ING

  We use Past Participle ( Adjective end in – ed ) to describe the emotion of a person.

1.   A : How do you feel ?

B : I’m confused

2.   I’m not interested in writing.

  • We use Present Participle ( Adjective ending in –ing ) to describe the thing  or person that causes the emotion .

1.   A : What was the lesson like ?

B : It’s exciting.

2.   Some stories are interesting.

Here are some common –ed and –ing adjectives :

Bored                          Boring                     Annoyed         Annoying

Disapointed             Disapointing           Confused        Confusing

Embarrased             Embarrassing         Excited            Exciting

Interested                Interesting               Frightened      Frightening

Surprised                 Surprising                Tired                 Tiring

 Practice

Please put the appropriate adjectives.

1.   I have nothing to do. I feel ___________. It’s really a  ___________ day ( bored / boring )

2.   I am studying. That loud music is ___________. I’m __________. ( annoyed / annoying ).

3.   I’m not really __________ in playing the gamelan. I think playing the gamelan is not an _________ activity at all. (interested / interesting )

4.   She gets _________ . She can’t do the homework. Her mathematics homework is __________ . (confused / confusing )

5.   We were all __________ by the exhibition. It was really _________. ( excited / exciting )

6.   The children were very _____________ last night after watching the ____________ film . ( frightened / frightening )

7.   When I arrived at the party, I realized that I hadn’t worn my shoes. It was an __________ experience. I got __________. ( embarrassed / embarrassing )

8.   Sandra felt _________. The film was not as good as she had expected. It was __________. ( disappointed / disappointing )

9.   He is a __________ person. He always talks about the same things again and again. He never gets __________ talking about the same things. (bored / boring )

10. Alwi works in a restaurant as a waiter. He has to serve the customers from 8 a.m. to 4 a.m. Sometimes he thinks working as a waiter is __________. He always feel __________ after work. ( tired / tiring )

USED TO

We use used to + base form for pas habits.

  • Andi drank milk when he was a child.

Andi used to drink milk.

  • Andi doesn’t drink milk any longer.
  • Grandma didn’t watch TV when she was young.

Grandma didn’t use to watch TV.

  • She watches TV now.

+ She/He/It/I/They/We used to eat porridge.

  She/He/It/I/They/We din’t use to porridge.

?  Did She/He/It/I/They/We use to eat porridge ?

+ She/He/It/I/They/We used to be naughty.

  She/He/It/I/They/We din’t use to be naughty.

?  Did She/He/It/I/They/We use to be naughty ?


Make sentences with used to / didn’t use to about these situations.

1.   Riko was a naughty boy 5 years ago.

Riko used to be a naughty boy.

2.   My father worked in an office from 1980 to 1999. Now he is a farmer

3.   Butet has a new computer. It is her first computer.

4.   Now Miss Anin teaches Mathematics. From 2001 to 2004 she taught English.

5.   Nisa goes to SMP 5 now. She went to SMP 66 when she was in the 1st and 2nd year.

6.   Rudy listened to Joshua. He listens to Avril Lavigne now.

7.   Last year Deden had 6 birds. Now, he has only one bird.

8.   Lita was fat when she was a child. Now she is slim.

9.   Mr. Frans drives a car now. Las year he still rode a motorcycle.

10. Mrs. Abdullah lived in Banda Aceh. She lives in Jakarta now.

11. Tesa’s granny is forgetful now. She could remember everything well when she was young.

 

EXPRESSING PURPOSE

 Look and Learn.

Here are some sentence in Ia :

  • I went to the police station to report the incident.
  • I’m going to the Immigration Office to get a new passort.

We use to infinitive to express pur purpose. It answers the question ‘Why ?’

Remember, we do not express our purpose this way :

  • I went to the police station for reporting the incident.
  • I’m goint to the Immigration Office for getting a new passport.

a.   What are their purpose ?

Answer the questions below. Pay attention to their tenses.

1.   Why do people study English ?

People study English to get a good job.

      People study English to have friends from abroad.

      People study English to pass the exam.

2.   Why do people go to school ?

3.   Why did Vincent go to hospital ?

4.   Why is Budi going to the florist ?

5.   Why are the children going to the park ?

6.   Why did Ms. Saskia go to the bank ?

7.   Why do you get up early ?

8.   Why are you going to the library ?

9.   Why did they go to the police office ?

10. Why does Miss. Sumita go to work ?

 

b.   A surprise party for Butet

Complete the sentences below. Use the words in the box to help you.

       Butet’s mother has been very busy. She is planning a surprise for Butet’s birthday.

       First, Butet’s mother went to the bank to (1)__________ some money. After that she went to Chantique to (2)__________ a new dress for Butet. Then she went to Yummy Resto to (3)__________ a place there. Next she went to Enak bakery to (4)__________ a birthday cake. Then she went to Iwan’s house to (5)__________ about the surprise party.

Tomorrow evening Butet’s mother and father are going to Miss Kholifah’s house to (6)__________ her to the party. Afetr that they are going to bookstore to (7)__________ a present for Butet. Finally the day after tomorrow they are going to Yummy Resto together to (8)__________ Butet’s birthday.

ADVERBS OF MANNER

 Here are some sentences :

  • If you want to be healthy, you must do the sports regularly.
  • You move suddenly and quickly.
  • You move all the time and rhythmically.
  • They make your blood circulate easily.

 Regularly, suddenly, rhythmically, and easily are called adverbs of manner. They tell you the way somebody does something or the way something happens.

Here are moe examples :

  • She walks slowly.
  • He cries loudly.
  • He eats sloppily.
  • She sleeps soundly.

How to form adverb of manner

Most adverbs of manner have –ly at the end, for examples :

  • Slow                                    slowly
  • sad                                       sadly
  • quick                                   quickly
  • quiet                                    quietly
  • loud                                     loudly
  • careful                                 carefully
  • polite                                   politely
  • rude                                     rudely
  • soft                                      softly

Noice where the ‘Y’ changes to ‘i’.

  • easy                                     easily
  • crazy                                    crazily
  • happy                                  happily
  • sleepy                                  sleepily
  • lazy                                      lazily
  • sloppy                                  sloppily

Some adverbs of manner are different.

  • Good                                   well
  • Hard                                    hard
  • Fast                                     fast
  • Late                                     late

Complete the sentences with the correct adverds of manner.

1.   Shinta is a good badminton player. She palys badminton _____________

2.   Wahyu is a fast runner. He runs _____________

3.   The football coach has a very loud voice. He always speaks _______________

4.   Nadia is an accurate gymnast.  She lands on the balance beam _______________

5.   The spectators at the stadium were very noisy. They supported their team _____________

6.   Fishing needs patient because people must wait _______________

7.   Tony is a diligent athlete. He practices ______________

8.   The cheerleaders are very energetic. They cheer and dance _______________

USING CAUSATIVE VERBS

HAVE / GET / MAKE / LET

 Look and Learn.

Here are some sentences :

  • You can have your body tattooed.
  • A girl is having her hair braided.
  • They are going to have their faces painted

Those sentences above are using the construction of Causative Have / Get. We use causative have / get when we do not do the things ourselves but other people do it for us. The past participles (tattooed, braided, and painted) are used after have / get to give a passive meaning.

Here are some common mistakes :

  • I go to the hairdresser to cut my hair.
  • I went to the tailor to make a dress.

The correct sentences are :

  • I go to the hairdresser to have / get my hair cut.
  • I went to the tailor to have / get a dress made.

There are two kinds of causative structure (both are applicable for all English Tenses).

I.    The Active Causative Structure.

SUBJECT CAUSATIVE VERB AGENT ACTION VERB(+ OBJECT) FUNCTION
Ratna Has Her driver Pick Lina up To give someone the responsibility to something (to ask someone to do something).
Ratna Gets Lina To go to Bali to convince to do something (to persuade someone to do something).
Mrs. Arman Will get Lina To unpack her luggage
Ratna’s parents Made Ratna Move to Bali To force someone to do something
Mr. Arman Let Lina Go to Ratna’s house To allow someone to something

II.  The Passive Causative Structure.

SUBJECT CAUSATIVE VERB OBJECT ACTION VERB
We Had Our lunch Prepared
You Got The rice Cooked
Ratna Has Her car drived

Note : – The causative verbs can be used in any tenses.

–  The forms are changed according to the tenses.

Passive Causative

Has/Have/Get + Past Participle / verbs III

Example :

v  Someone washes my car                                       Simple Present Tense

–      I have my car washed

–      I get my car washes

v  Somebody stole her car                                         Simple Past Tense

–      She had her car stolen

–      She got her car stolen

v  He will cut his hair                                                Future Tense

–      He will have his hair cut

–      He will get his hair cut

v  They should write that poem                                Past Future

–      They should have that poem written

–      They should get that poem written

Exercises : Change the following sentences into causative forms by using “Have” or “Get” !

1.   People built her house a year ago.

2.   Someone repairs my broken windows.

3.   I have ironed my skirt.

4.   You must renew your contract.

5.   Rini should mail those letters.

6.   Somebody cleaned his house yesterday.

7.   We explain everything to them.

8.   Ida has shined her shoes.

THE USE OF “IT”

Kata it mempunyai 2 kegunaan yaitu :

1.   Sebagai pronoun (kata ganti benda) untuk menggantikan bentuk kata benda tunggal.  Bentuk jamak “it” adalah “they”.

Contoh :

–          I just bought a car. It is in the garage now.

–          I have two cars. They are in the garage now.

–          A : Is this pen your’s ?

B : Yes, it is

No, it isn’t

–     A : Are those books yours ?

B : Yes, they are

No, they aren’t

2.   Sebagai preposition ( pendahulu kalimat) bila untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan :

1. Time (waktu)

2. Situation / Circumstance (keadaan/hal)

3. Distance (jarak)

Dalam hal ini “it” berkedudukan sebagai “meaningless subject”  atau pokok kalimat yang tidak mempunyai arti.

Contoh :

It is 9 o’clock now                                                          Time

It is so sad tobe alone                                                    Circumstance

It is cloudy today                                                            Situation

It is 5 km to go to the zoo from here                           Distance

Bentuk “It is” juga mempunyai variasi tenses dalam pemakaiannya.

Bandingkanlah :

It is so glad to meet you again            ( Present Tense )

It was Friday yesterday                      ( Past Tense )

It will be nice to go there                    ( Future Tense )

It has been so long since he died        ( Perfect Tense )

Exercises :

1.   It  …………………..   easy to do such  a work.

2.   It …………………..    rainy season next October.

3.   It ………………….     raining hard for two hours.

4.   It …………………..    a pity you didn’t meet her.

5.   It ………………….      time to go to bed.

6.   It ………………….      glad to meet you again next year.

7.   It  …………………      important to have a lot of friends

8.   It  ………………..      here when I saw her.

9.   It …………………       up to you !  You may come with us.

10. It ………………..        Cloudy since this morning.

ING – FORMS

Kata kerja + ing mempunyai 3 kegunaan yaitu :

I.    Sebagai predikat kalimat bentuk sedang atau continuos tense dan sebagai kata kerja yang sebenarnya.

Contoh : – Mr. Lukito is reading a newspaper.

–  I was having dinner when telephone rang.

–  We were studying when Alice came in.

II.  Sebagai obyek atau subyek suatu kalimat yang berfungsi sebagai noun atau kata benda. Kata benda yang terbentuk dari Verb + ing di sebut Gerund.

      Gerund adalah kata kerja yang di bendakan atau dijadikan kata benda.

      Contoh :

v  Subject : –  Water        make me fresh

Walking

–  Food         make her sleepy

Waiting

v  Object :   – I like    bakso

Dancing

– He dislike that   man

waiting

Gerund mempunyai 2 (dua) kegunaan yaitu :

a). Digunakan dibelakang kata kerja tertentu, misalnya : stop, avoid, keep, mind, enjoy, finish, deny, permit, risk, admid, appreciate, imagine.

Contoh :  –   I can not stop loving you

–   She always keeps smiling to everybody

–   Mr. Hadi doesn’t mind helping us

–   I enjoyed dancing with Ina last night

–   The doctor advised me to stop smoking cigarettes

–   The servant denies stealing my money

b).  Diletakkan di belakang Preposition / kata depan yang tertentu, misalnya : in, on, without, by, before, after, of, with, etc.

Contoh :  –   Iam interested in studying English

–   Angga is fond of reading a novel

–   She went out without asking my permission

–   The thief broke my house by breaking the window.

III. Verb + ing dapat pula digunakan sebagai adjective / kata sifat untuk menerang kata benda di belakangnya. Kata sifat yang demikian disebut present participle.

Contoh :

–   Waiting room                                      –   Folding bed

–   Sleeping pills                                       –   Sleeping bag

–   Driving license                                    –   Rolling stone

–   Sewing machine                                  –   Swimming pool

–   Dining room                                        –   Filling cabinet

–   Rocking chair                                      –   Flying saucer

–   Stepping stone                                    –   Sliding door

–   Walking stick                                      –   Rolling door, ect.

Berdasarkan kaitannya dengan kata kerja yang lain, kita dapat mengelompokkan kata kerja sebagai beriktut :

1).  Verbs + Gerund

Terdapat kata kerja tertentu yang selalu diikuti “Gerung”, misalnya setelah stop, mind, avoid, keep, enjoy, finish, deny, permit, risk, admit, appreciate, imagine, dislike, consider.

Example :    –   I can not stop loving you

–   She always keeps smiling to everybody

–   Mr. Hadi doesn’t mind helping us

–   I enjoyed dancing with Ina last night

2).  Verbs + Gerund

                    To infinitive

Kelompok kata kerja berikut ini mempunyai dua cara pemakaian yaitu bias diikuti “Gerund” atau “To infinitive”. Kata kerja tersebut adalah : begin, start, continue, like, love, cease, hate, prepare, intend, prefer, state, neglect, propose.

Example :    –   I hate waiting (to wait) too long

–   They love eating (to eat) in that restaurant

–   We start studying (to study) at 7.30 a.m.

3).  Verbs + To + Infinitive

Kelompok kata kerja ini hanya dapat diikuti oleh “To + Infinitive“. Kata kerja tersebut adalah : arrange, agree, hesitate, determine, manage, care, try, swear, consent, endeavour, refuse, decide, learn, undertake, ect.

Example :    –   Please, don’t hesitate to ask !

–   They manage to finish their work at last

–   Rina refuse to stay here longer

–   I decide to go to Bali on my coming vacation

–   We try to do our best

4).  Verbs + Bare Infinitive

Kelompok kata kerja ini diikuti hanya oleh kata kerja asal saja (tampa to, ing, s/es). Kata kerja tersebut adalah make, let, see, hear, observe, watch, notice, help, feel, smell, etc.

Example :    –   You made me cry (bukan cried/crying)

–   Please, let her go

–   She has helped me lift the table

–   I saw him cross the street.etc

5).  Go + Ing.

Common expressions with Go + Ing

Go beating                      go hiking                               go shopping

Go bowling                     go jogging                             go skating

Go camping                     go running                             go skiing

Go dancing                     go sailing                               go swimming

Go fishing

Exercise : Put the verb in brakets in coorect form !

1).    I hate (see) __________ you (work) _________ so hard.

2).    Will you advise her (stop) _________ (smoke) _________ so much ?

3).    Is he going (keep) ________ (tell) ________ me that he is right ?

4).    They enjoy (dance) __________ until late at night.

5).    Don’t ever let me (find) _________ you (day-dream) __________.

6).    I must (ask) _________ you (stop) __________ (interfere) __________ .

7)     You are supposed (obey) __________ my order without (ask) any more questions.

8).    Could you (manage) __________ (finish) __________ (pack) __________ your suitcase by 7 o’clock ?

9).    Would you (mind) __________ (speak) __________ louder ?

10).  May I ask you (begin) __________ (eat) __________ now without (wait) __________ for others (come) __________ .

11).  I need (study) __________ tonight.

12).  I enjoy (cook) __________ fancy meals.

13).  Ellen started (talk) __________ about her problem.

14).  Bud and Sally have decided (get) __________ married.

15).  We finished ( eat) __________ around seven.

16).  Are you planning (take) __________ a vacation this year ?

17).  I like (meet) __________ new people.

18).  The Wilson’s went (camp) __________ in National Park last summer.

19).  My roommate offered (help) __________ me with my Englis.

20).  It begin (snow) ___________ yesterday in the middle of afternoon.

 

QUESTION TAG

I.    Statement positif diberi “tag” negative.

Statement                    Tag

Contoh :  Mr. Ramlan is very handsome, isn’t he ?

Statement                     Tag

They were here last night, weren’t they ?

II.  Statemernt negative diberi “tag” positif.

Statement                       Tag

Contoh :  Mr. Ramlan isn’t very handsome, is he ?

Statement                      Tag

They weren’t here last night, were they ?

III. Statement yang memiliki unsure “Auxiliary Verb” atau kata kerja Bantu dalam bentuk  “tag”nya kata kerja bantu tersebut diulang lagi dalam bentuk yang berlawanan.

Contoh :  –   They will come here immediately, won’t they ?

–   They won’t come here immediately, will they ?

–   Budi has done the homework well, hasn’t he ?

–   Budi hasn’t done the homework well, has he ?

IV. Statement dengan unsure “Verb” atau kata kerja dalam pembentukan “tag” nya kita gunakan “to do” (do, does, did ) sesuai dengan tense dari statement itu sendiri.

Contoh :  –   Mr. Hasim goes to his office, doestn’t ?

–   Mr. Hasim doesn’t go to his office, does he ?

–   They visited a museum yesterday, didn’t they ?

–   They didn’t visit a museum yesterday, did they ?

–   You take my money, don’t you ?

–   You don’t take my money, do you ?

Note :

1. I am a student, aren’t ?

2. I am not a student, am I ?

3. Johan never palys truant, does he ?

4. There are your books, aren’t they ?

5. There are some books on the table, aren’t there ?

6. Let’s go there now, shall we ?

7. Everyone is happy, aren’t they ?

8. Don’t come late again, will you ?

Exercises : Supply the sentences with suitable Question Tag !

1.   The boy overthere is your brother, __________ ?

2.   We musn’t do that, __________ ?

3.   Your grandmother has a new car, __________ ?

4.   Those aren’t my pencils, __________ ?

5.   I was there last night, __________ ?

6.   The students never go to the library on Sundays, __________ ?

7.   He wrote the letter last month, __________ ?

8.   You have been to Bali, ___________ ?

9.   We will visit her soon, __________ ?

10. I am your close friend, __________ ?

11. One of the girls can’t dance, ________ ?

12. Our parents always take us for a picnic, __________ ?

13. This is what we really want, __________ ?

14. Jose is very friendly, __________ ?

15. Vita likes her new doll very much, _________ ?

PREPOSITION

Preposition (preposisi / kata depan) adalah suatu kata yang menghubungkan benda, menerangkan tempat, arah, waktu atau tujuan.

Macam-macam preposition antara lain :

In                       =  di                                           For                       =  untuk / karena / selama

At                      =  di / pada                                Of                        =  dari

To                      =  untuk / kepada / ke           From                    =  dari

Into                   =  kedalam                                 With                    =  dengan

Before               =  sebelum                                 After                   =  setelah / sesudah

Within               =  dengan                                  Without               =  tampa

Beside               =  disamping                              Inside                  =  didalam

Outside             =  diluar                                     Near                    =  dekat

Behind              =  di belakang                            In front of           =  di depan

On                     =  di atas / pada                         Under                  =  di bawah

Above               =  di atas                                    Bellow                 =  di bawah

Over                  =  di atas                                    Besides                = selain

Between            =  diantara                                 By                       = dengan / oleh / menjelang

Among              = diantara

Contoh :        1. John listened to the radio.

2. Anita sits behind the floor.

3. They will come on the next year.

Exercises : Fill the blanks with the correct preposition !

1.   There are books ………. The table.

2.   I put my ruler ………. my bag.

3.   The lamp is ………. my head.

4.   She comes ………. America.

5.   The plane flies ……… the houses.

6.   The necklace is made ……… gold.

7.   The boys sit ………. the tree.

8.   Rudi is hiding …….. the door.

9.   The climbers stopped 400 metres ………. the top of the mountain.

10. The temperature is three degrees ……… zero.

11. Dadang is standing ………. Arif and Totok.

12. We wash our hands ……….. we eat something.

13. Maryam is sitting ………. Rosihan, Nabila and Nunik.

14. Someone is knocking ………. the door.

15. We go to Surabaya ……….. Bus.

Laporan Pelaksanaan Pemantapan kemampuan Profesional (PKP)

MENINGKATKAN MINAT & MOTIVASI BELAJAR
MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI KELAS V MI DARUL HUDA
KOTA PROBOLINGGO

ABSTRAK
Muhamad Yusuf, ”Meningkatkan Minat & Motivasi Belajar melalui
Penerapan Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika di Kelas
V MI Darul Huda Kota Probolinggo
Kata kunci : Minat & Motivasi Belajar, Cooperative Learning

Kemampuan matematika adalah kemampuan bagi kehidupan
sehari-hari, oleh sebab itu seyogyanya setiap manusia memiliki
kemampuan matematika. Stigma bahwa matematika pelajaran yang sulit
menyebabkan motivasi belajar rendah, akibatnya kemampuan matematika siswa
tidak seperti yang diharapkan. Rendahnya motivasi belajar metematika
menyebabkan siswa menghindar dari proses penyelesaian masalah matematika,
akibatnya kemampuan menyelesaikan masalah matematika tidak terlatih
dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan matematika perlu motivasi
belajar yang kuat dan untuk memotivasi siswa perlu diterapkan pendekatan yang
menimbulkan kesan bahwa matematika tidak sesulit yang diduga. Lingkungan
keseharian adalah sumber belajar yang kaya dan murah. Menghadirkan
matematika dalam format keseharian yang dekat dengan kehidupan siswa ternyata
menyadarkan siswa bahwa matematika memang rumit, tetapi tetap dapat
diselesaikan dengan baik. Pembelajaran Kooperatif merupakan upaya yang
dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik melalui
jalinan kerjasama/gotong royong antar berbagai komponen, baik kerja sama antar
sesama peserta didik (belajar secara berkelompok di kelas), kerjasama dengan
pihak sekolah (tenaga kependidikan yang di sekolah/madrasah), kerjasama dengan
keluarga dan kerjasama dengan masyarakat lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari suatu strategi pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam mengajarkan materi Operasi Hitung Pecahan bagi siswa
MI Darul Huda dengan cara mengaktifkan siswa pada pembelajaran. Strategi
dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus dan pada setiap
8
siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedang
untuk mengaktifkan siswa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar
kerja yang diberikan kepada siswa dalam kelompok besar dan kelompok kecil.
Yang menjadi subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V MI
Darul Huda Kelurahan Kedung Asem Kecamatan Wonoasih sedang objeknya
adalah pembelajaran materi Operasi Hitung Pecahan pada mata pelajaran
Matematika yang diajarkan dengan cara mengaktifkan siswa dalam kelompok
kecil dan kelompok besar.
Keterlibatan siswa dalam menemukan dan menyelesaikan masalah
telah meningkatkan motivasi belajar. Kelas merupakan laboratorium
pembelajaran yang sebenarnya, maka penelitian mengenai pembelajaran
yang paling otentik adalah penelitian yang dilakukan di kelas. Salah satu
penelitian tersebut adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian tindakan
kelas di kelas V MI Darul Huda Kelurahan KedungAsem Kecamatan Wonoasih
Kota Probolinggo, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah matematika.
Dari penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang
diukur dengan alat tes tertulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus
terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi
Operasi Hitung Pecahan yang diberikan. Peningkatan penguasaan materi ini mulai
dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 25 % dari kondisi awal sedangkan
dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebear
33 %.
Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan pada
pelaksana pembelajaran dalam hal ini yaitu pengajar untuk mengajarkan materi
pembelajaran dalam kelompok kecil dan dengan tehnik mengaktifkan siswa .

Selengkapnya Silahkan Klik di sini DOWNLOAD

Laporan DDTK Lesson Study Kemenag Kota Probolinggo

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Guru memegang peran sentral dalam proses pendidikan. Oleh karena itu
pemberdayaan dan peningkatan mutu guru sangat diperlukan dalam peningkatan mutu
pendidikan. Lahirnya Undang-undang (UU) No 14 Tahun2005 tentang Guru dan Dosen
dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Salah satu poin penting dari UU dan PP tersebut adalah penetapan guru
sebagai pendidik profesional (Depdiknas, 2007: 1). Undang-undang Guru dan Dosen
tersebut mengamanatkan bahwa guru sebagai pendidik profesional dipersyaratkan
memiliki beberapa kompetensi antara lain kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi tersebut harus
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Oleh karena itu pemerintah melakukan program
Sertifikasi Guru dalam Jabatan sebagai upaya pemenuhan persyaratan tersebut.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan
mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Pelaksanaan Sertifikasi
Guru dalam Jabatan dilakukan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat
pendidik. Uji kompetensi tersebut salah satunya dilakukan dengan penilaian portofolio
yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Selain melalui
penilaian portofolio pelaksanaan Sertifikasi Guru juga dilakukan melalui jalur
pendidikan. Salah satu program yang wajib ditempuh oleh para peserta Sertifikasi Guru
dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan adalah kegiatan Pemantapan Kemampuan
Mengajar (LS).

Selengkapnya silahkan klik di sini : DOWNLOAD